Menggantung harapan di Pulau Satonda (sebuah catatan perjalanan)


The team
Kata orang kadang rasa ingin tahu dan penasaran itu harus kita tebus dengan usaha extra untuk mencapai dan memuaskannya.  Mungkin pendapat itu benar juga, hal ini saya rasakan pada perjalanan menuju Pulau Satonda kali ini yang benar-benar menguras tenaga serta memerlukan dana extra. Perjalanan ini menguras tenaga karena tanpa istirahat mengedarai motor melahap rute Bali ~ Sumbawa kemudian kita langsung melanjutkan perjalanan dengan perahu bolak-balik  sekitar 12 jam an. Tetapi ketika tujuan itu tercapai semua terbayar lunas, tuntasss sebanding dengan indahnya panorama sepanjang perjalanan serta keindahan kawasan Pulau Satonda plus Teluk Saleh.
Bibir pantai Pulau Satonda
Pulau Satonda dari perahu

Pulau Satonda adalah tujuan trip yang most wanted banget buat saya dan teman jalan saya Pak Agung karena beberapa tayangan TV sempat mengulas  keindahan tempat ini dan belum banyak orang yang berkunjung kesana serta menulisnya di internet. Beberapa kali nyaris kita sampai ke Satonda tetapi perlu bahan bakar lebih dan kendala waktu sehingga akhirnya kita hanya eksplor seputar Pulau Moyo.

Baiklah kita mulai perjalanan panjang ini dari Google Map, ada beberapa rute umum yang digunakan apabila teman-teman yang start dari Bali hendak ke Pulau Satonda.


Rute Bali ~ Satonda via Dompu

Rute Bali ~ Satonda via Ai Bari
Rute umum  yang sering dipakai dan cukup nyaman adalah Map pertama lewat yaitu Calabai Dompu,
dan menurut saya memerlukan waktu jalan darat lebih lama dari Sumbawa Besar ke Dompu tetapi sedikit di jalan air hanya nyebrang beberapa menit dari Calabai ke Pulau Satonda. Rute yang kami pilih adalah rute map berikutnya dari Denpasar-Sumbawa-Ai bari-Pulau Moyo dan Pulau Satonda. Dengan rute ini maka kita lebih banyak di air pulang pergi sekitar 12 jam dengan waktu break istirahat tentunya.

Suasana antre nyebrag di pelabuhan laut Padang Bay
Semangat lelaki Bikepacker
Nyebrang di Pelabuhan Laut Kayangan
Kalau sudah lelah dimanapun bisa tidur
Ayam fitness jalur Sumbawa selalu jadi prioritas makan siang

Bali seperti  biasa sebagai tempat start perjalanan yang kami mulai tanggal 20April 2017 malam hari. Kali ini kita bikepacker berempat dengan tiga motor  yaitu saya membonceng Sugiri mengendarai Yamaha Jupiter MX, Pak Agung sendiri bersama Honda Supra X dan Oka mengendarai Yamaha N Max. Perjalanan dari Bali menuju Sumbawa menjadi lambat karena kapal dari Padang Bay menuju Lembar delay nyandar sekitar 4jam an sehingga perjalanan molor sehingga kami bosan plus kelelahan menunggu kapal nyandar . Perut lapar badan lelah seperti biasa kami makan dulu di kecamatan Utan mencicipi kembali menu special ayam fitnessnya maknyuss mengganjal perut lapar kami semua. Kami tiba di Sumbawa tanggal 21 April 2017 jam 6an padahal biasanya kalau kapalnya gak telat nayandar jam 3 kita sudah bisa sampai di Sumbawa untuk konsolidasi rencana perjalanan serta membeli bahan makanan bekal buat mancing.

Menambah perbekalan
Blocking posisi enak di perahu
Enjoy the trip semangat 45

Jhoni dan kapten perahu yang kelelahan
Malam itu setelah ketemu Jhoni  dan Pak Yakub kita langsung berangkat dari Ai Bari sekitar jam 8an menuju Pulau Satonda dengan pertimbangan kita akan berhenti di lokasi terdekat dengan Pulau Satonda karena tidak disarankan malam-malam langsung naik perahu ke Satonda. Cuaca cerah angin berhembus pelan membuat laju perahu stabil tetapi setelah 5 jam an berperahu badan pegal pantat panas kesemutan  belum juga sampai maka kami memutuskan menginap di lokasi terdekat yaitu di kampung Stema. Pagi hari kami merapat kedaratan buat memasak serta ngopi agar tenaga yang terkuras bisa segar kembali dan memanfaatkan moment sunrise buat foto-foto.

Sunrise di kampung Stema
Persiapan makan pagi hasil mancing semalam
Masak, bakar, goreng
Makanan tersedap kreasi bikepacker pemancing

Perut kenyang hati senang
The team plus jhoni
Bali team ready to go

Perut kenyang badan segar perjalanan dilanjutkan dan kami tempuh sekitar 4 jam an hingga akhirnya 

tiba di Pulau Satonda sekitar jam 1 siang. Kondisinya ternyata tidak seperti di web karena pulau ini mulai ditinggalkan pengunjung akibat di black list oleh travel agent. Fasilitas yang ada dan terlihat baru adalah adanya bangunan penginapan, restaurant serta gazebo untuk beristirahat. Beberapa yang mulai usang atau kurang mendapat perhatian misalnya dermaga  serta ada tiangng lampu menuju danau yang roboh saat kami tiba, undak-undak beton dijalur trekking  yang rusak serta ada kotoran manusia dijalan menuju puncak treking. Menurut cerita petugas BKSDA harga tiket masuk yang mahal (Rp. 150,000) sesuai peraturan pemerintah membuat tamu travel mengalihkan kunjungannya ke destinasi lain. Kami selaku wisatawan domestik hanya membayar Rp. 5000 dan membeli air mineral seharga Rp, 10,000 per botol. Yang bisa dilakukan disana adalah trekking ke puncak bukitnya, mandi-mandi di danau air asinnya dan yang wajib menggantung harapan di pohon Kalibuda semoga harapan baik dapat tercapai tentunya atas kehendak Tuhan bukan pohonnya he he he.
Merapat mendekat ke Pulau Satonda

Yeaaah here i am
Resto dan cottage di Pulau Satonda
Menakar dalamnya danau menaksir dalamnya hati
Menggantung harapan di pohon Kalibuda
Yesss semoga terkabul
Tuhan kalau dia bukan jodohku semoga ada gadis single pembaca blog ini sudi menjadi jodohku

Salah satu dari beberapa puncak bukit danau Satonda
Selfie sendiri karena gak ada yang mau motoin pada kecapean
Lompat...lompat lompat lagi biar kuruss

Bosan berenang dan bermain air akhirnya jam 3an kami kembali ke perahu dan meninggalkan Pulau Satonda menuju Tanjung Pasir Sumbawa untuk berkemah, mancing dan snorkeling. Perjalanan baliknya kami tempuh kurang lebih 5 jam an hingga tiba di Tanjung Pasir malam hari jam 8 dan langsung masak mie, bakar ikan mengisi perut yang kosong. Puas makan dan ngopi kami berencana buat mancing malam dan kembali ke perahu menuju spot mancing tetapi ternyata sebelum sampai spot mancing para peserta sudah pada tidur semua karena kelelahan jadilah malam itu kami tidur lagi diperahu. 


Capeek habis lompat-lompat
Berburu makan malam alias mancing
Memasak makan malam

Minggu pagi kami kembali mendarat di Tanjung Pasir buat masak, makan, ngopi, mencari spot foto dan istirahat sejenak karena agenda hari ini hanya snorkeling dan bersantai sebelum balik kembali ke Bali.

  
What a beautiful sunrise
Perahu sekaligus hotel terapung kita
Masak lagi masak lagi buat saparan
Tanjung Pasir Pulau Moyo
Berayun mengademkan hati
Snorkling time broo
Salah satu sudut Tanjung Pasir

Setelah mencari oleh-oleh berupa madu titipan teman kantor dan minyak Sumbawa  akhirnya perjalanan harus kami sudahi dengan berpamitan ke Jhoni sekeluarga kemudian memacu motor kembali melewati jalur Sumbawa ~ Lombok dan finish di rumah masing-masing.
Ke Bali aku kem Bali end of the trip

               

Comments

Popular posts from this blog

Menjelajah Pulau Moyo dan Air terjun Mata Jitu

Timor Leste hari ini (Maret 2017) dan 28 tahun yang lalu (Tahun 1989) sebuah cerita masa lalu